Sampai saat ini permintaan importir luar
negeri terhadap komoditas kodok dari Indonesia terus meningkat,
sementara nilai ekspornya malah menurun karena kurangnya bahan baku dari
alam. Budidaya bullfrog menjadi alternatif yang baik sekaligus peluang
bisnis untuk memenuhi kebutuhan ekspor tersebut dan ini bisa dimulai
dalam skala rumah tangga.
Sejak tahun tahun 90-an, kodok sudah
menjadi primadona ekspor perikanan setelah udang beku di Jawa Timur,
yang merupakan sentra budidaya kodok terbesar di Indonesia. Saat itu
ekspor paha kodok beku mencapai 1.232.230 ton senilai US$ 4.959.054,65.
Pada tahun 1995, ekspor komoditas yang sama tercatat 1.129.211 ton
senilai US$ 4.800.756. ini berarti penurunan sebesar 8,28%. Hal tersebut
disebabkan hasil tangkapan kodok di alam sebagai pendukung bahan baku
ekspor terus menurun.
Budidaya bullfrog merupakan salah satu
alternatif pemenuhan bahan baku kodok untuk ekspor. Pembudidayaan
bullfrog tidak selalu memerlukan tempat yang luas. Usaha ini dapat
dilakukan di halaman belakang rumah menggunakan sarana yang tidak
terlalu mahal. Dengan teknologi sederhana, halaman bisa termanfaatkan
sekaligus meraih tambahan penghasilan.
1. Tiga paket
Usaha budidaya bullfrog (Rana
catesbelana) terbagi tiga berdasarkan tingkat kesulitannya : pembesaran
percil sampai ukuran konsumsi; pemeliharaan cebong hingga menjadi
percil; memproduksi bullfrog konsumsi sejak memijahkan induk. Dua paket
pertama merupakan sistem budidaya skala rumahtangga yang diajarkan pada
kursus yang dikelola Peter “kodok” di Desa Mojorejo, Kecamatan Djunrejo,
Batu, Malang.
Paket pertama merupakan teknologi
budidaya kodok sederhana yang ditujukan untuk latihan bagi pemula dan
calon peternak bermodal kecil. Pada paket ini diajarkan pemeliharaan
percil sampai menjadi kodok ukuran konsumsi atau siap jual. Sarana dan
prasarana pendukung paket satu mudah dibuat dan tidak mahal. Kegiatan
budidaya sepenuhnya dilakukan oleh peserta kursus yang sekaligus sebagai
tenaga kerja. Untuk lokasi budidayanya peternak dapat memanfaatkan
pekarangan belakang rumah, sehingga sistem ini lebih tepat disebut
peternakan skala rumah tangga.
Paket kedua berkonsentrasi pada cara
memelihara cebong sampai percil yang digunakan untuk bibit pembesaran.
“Dalam urutan budidaya kegiatan ini adalah yang pertama dilakukan, tapi
di kursus menjadi paket dua, karena penanganannya lebih sulit daripada
paket satu,” jelas Peter. Di sini peternak diajar membesarkan cebong
sampai menjadi percil selama 3 minggu. Waktu pemeliharaannya sendiri
makan waktu 3 – 4 bulan.
Paket ketiga meliputi kegiatan budidaya
kodok secara keseluruhan, mulai dari memijahkan induk, memelihara cebong
sampai percil, serta membesarkan percil sampai mencapai ukuran
konsumsi. “Peternak yang melakukan budidaya paket tiga ini dibebani
tanggung jawab untuk mempertahankan mutu bibit kodok yang baik secara
genetis. Bila salah dalam memasangkan induk, keturunannya mungkin
mempunyai berbagai kelemahan, di antaranya rentan terhadap serangan
penyakit,” papar Peter yang membuka kursus sejak bulan Oktober tahun
lalu. Lantaran sulitnya tanggung jawab peternak, paket ini tidak
dianjurkan untuk dibuka secara umum.
2. Minimal sepuluh kolam
Budidaya bullfrog skala rumah tangga
membutuhkan minimal 10 buah kolam pemeliharaan. Kolam pembesaran percil
berkuran 1,5 x 2 m dibuat dari beton setinggi 15 cm. tinggi kolam ini
kemudian disambung kasa sampai setinggi 60 cm. salah satu sisi dasar
kolam dirancang lebih dalam sekitar 2 – 3 cm untuk menciptakan dasar
kolam yang sebagian terendam air, sebagian kering. Hal ini sesuai
habitat kodok fase percil yang hidup di dua alam – di darat dan di air.
Ia tidak menyukai hidup di salah satu habitat terus-menerus karena bisa
berakibat buruk baginya. Misalnya, bila terendam terus percil akan
dihinggapi penyakit bubble disease alias perut kembung.
Kolam pemeliharaan dilengkapi saluran
pembuangan dari pipa PVC. Untuk menghindari penas matahari yang terlalu
terik, kolam sebaiknya diberi naungan bambu atau rumbia. Sumber airnya
bisa berupa air sumur (air tanah) atau air dari aliran sungai.
Berdasarkan pengalaman Peter, air dari aliran sungai lebih baik untuk
pembesaran percil.
Untuk lebih menghemat biaya, bentuk kolam
disusun secara baterai (seri). Satu kolam bisa diisi 200 ekor percil
atau 1.000 ekor cebong. Apabila digunakan untuk pemeliharaan cebong,
dasar kolam dilapisi plastik supaya volume air tetap utuh dalam kolam.
Cebong adalah fase pertumbuhan kodok yang masih menggunakan insang
sebagai alat pernafasan tunggalnya, sehingga tanpa air cebong akan mati.
Kolam cebong juga harus diaerasi menggunakan blower untuk menyuplai
oksigen ke dalam air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar