Minggu, 01 Februari 2015

BUDIDAYA BULLFROG
budidaya kodok sawah, budidaya kodok katak, makalah budidaya kodok, budidaya kodok ijo, contoh budidaya kodok
Budidaya Kodok Bullfrog
gambar : youtube.com
Sampai saat ini permintaan importir luar negeri terhadap komoditas kodok dari Indonesia terus meningkat, sementara nilai ekspornya malah menurun karena kurangnya bahan baku dari alam. Budidaya bullfrog menjadi alternatif yang baik sekaligus peluang bisnis untuk memenuhi kebutuhan ekspor tersebut dan ini bisa dimulai dalam skala rumah tangga.
Sejak tahun tahun 90-an, kodok sudah menjadi primadona ekspor perikanan setelah udang beku di Jawa Timur, yang merupakan sentra budidaya kodok terbesar di Indonesia. Saat itu ekspor paha kodok beku mencapai 1.232.230 ton senilai US$ 4.959.054,65. Pada tahun 1995, ekspor komoditas yang sama tercatat 1.129.211 ton senilai US$ 4.800.756. ini berarti penurunan sebesar 8,28%. Hal tersebut disebabkan hasil tangkapan kodok di alam sebagai pendukung bahan baku ekspor terus menurun.
Budidaya bullfrog merupakan salah satu alternatif pemenuhan bahan baku kodok untuk ekspor. Pembudidayaan bullfrog tidak selalu memerlukan tempat yang luas. Usaha ini dapat dilakukan di halaman belakang rumah menggunakan sarana yang tidak terlalu mahal. Dengan teknologi sederhana, halaman bisa termanfaatkan sekaligus meraih tambahan penghasilan.
1. Tiga paket
Usaha budidaya bullfrog (Rana catesbelana) terbagi tiga berdasarkan tingkat kesulitannya : pembesaran percil sampai ukuran konsumsi; pemeliharaan cebong hingga menjadi percil; memproduksi bullfrog konsumsi sejak memijahkan induk. Dua paket pertama merupakan sistem budidaya skala rumahtangga yang diajarkan pada kursus yang dikelola Peter “kodok” di Desa Mojorejo, Kecamatan Djunrejo, Batu, Malang.
Paket pertama merupakan teknologi budidaya kodok sederhana yang ditujukan untuk latihan bagi pemula dan calon peternak bermodal kecil. Pada paket ini diajarkan pemeliharaan percil sampai menjadi kodok ukuran konsumsi atau siap jual. Sarana dan prasarana pendukung paket satu mudah dibuat dan tidak mahal. Kegiatan budidaya sepenuhnya dilakukan oleh peserta kursus yang sekaligus sebagai tenaga kerja. Untuk lokasi budidayanya peternak dapat memanfaatkan pekarangan belakang rumah, sehingga sistem ini lebih tepat disebut peternakan skala rumah tangga.
Paket kedua berkonsentrasi pada cara memelihara cebong sampai percil yang digunakan untuk bibit pembesaran. “Dalam urutan budidaya kegiatan ini adalah yang pertama dilakukan, tapi di kursus menjadi paket dua, karena penanganannya lebih sulit daripada paket satu,” jelas Peter. Di sini peternak diajar membesarkan cebong sampai menjadi percil selama 3 minggu. Waktu pemeliharaannya sendiri makan waktu 3 – 4 bulan.
Paket ketiga meliputi kegiatan budidaya kodok secara keseluruhan, mulai dari memijahkan induk, memelihara cebong sampai percil, serta membesarkan percil sampai mencapai ukuran konsumsi. “Peternak yang melakukan budidaya paket tiga ini dibebani tanggung jawab untuk mempertahankan mutu bibit kodok yang baik secara genetis. Bila salah dalam memasangkan induk, keturunannya mungkin mempunyai berbagai kelemahan, di antaranya rentan terhadap serangan penyakit,”  papar Peter yang membuka kursus sejak bulan Oktober tahun lalu. Lantaran sulitnya tanggung jawab peternak, paket ini tidak dianjurkan untuk dibuka secara umum.
2. Minimal sepuluh kolam
Budidaya bullfrog skala rumah tangga membutuhkan minimal 10 buah kolam pemeliharaan. Kolam pembesaran percil berkuran 1,5 x 2 m dibuat dari beton setinggi 15 cm. tinggi kolam ini kemudian disambung kasa sampai setinggi 60 cm. salah satu sisi dasar kolam dirancang lebih dalam sekitar 2 –  3 cm untuk menciptakan dasar kolam yang sebagian terendam air, sebagian kering. Hal ini sesuai habitat kodok fase percil yang hidup di dua alam – di darat dan di air. Ia tidak menyukai hidup di salah satu habitat terus-menerus karena bisa berakibat buruk baginya. Misalnya, bila terendam terus percil akan dihinggapi penyakit bubble disease alias perut kembung.
Kolam pemeliharaan dilengkapi saluran pembuangan dari pipa PVC. Untuk menghindari penas matahari yang terlalu terik, kolam sebaiknya diberi naungan bambu atau rumbia. Sumber airnya bisa berupa air sumur (air tanah) atau air dari aliran sungai. Berdasarkan pengalaman Peter, air dari aliran sungai lebih baik untuk pembesaran percil.
Untuk lebih menghemat biaya, bentuk kolam disusun secara baterai (seri). Satu kolam bisa diisi 200 ekor percil atau 1.000 ekor cebong. Apabila digunakan untuk pemeliharaan cebong, dasar kolam dilapisi plastik supaya volume air tetap utuh dalam kolam. Cebong adalah fase pertumbuhan kodok yang masih menggunakan insang sebagai alat pernafasan tunggalnya, sehingga tanpa air cebong akan mati. Kolam cebong juga harus diaerasi menggunakan blower untuk menyuplai oksigen ke dalam air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar